Melukis adalah Pekerjaan Untuk Tetap Menjadi Waras
Sungguh,
untuk merampungkan tulisan ini saya berpikir berulang-ulang dengan cara
memutar-mutar bola mata. Sembari melirik-lirik sebuah lukisan aneh di sudut
jendela yang rapuh. Mungkin karena terlalu sering diselimuti debu. Lukisan aneh itu
adalah buatan saya. Lukisan yang hingga kini saya benci, begitu juga dengan
guru pelajaran seni yang masih saya hapalkan tiap inci wajahnya sampai hari
ini. Guru yang menurut saya semena-mena menyamaratakan tingkat kreativitas
setiap siswa di kelas dengan standarisasi yang dibuatnya sendiri.
Berbicara kreativitas, saya bisa
saja digolongkan sebagai orang-orang yang tidak kreatif. Apalah saya ini yang
menggunting saja masih miring. Saya tidak bisa juga menggolongkan diri saya
dalam kategori orang-orang penikmat kreativitas. Tidak, saya tidak tahu
tepatnya. Yang saya tahu, saya senang mencampurkan warna di atas kanvas. Saya
benci menggambar, namun saya selalu senang ketika disuruh melukis sesuatu.
Meskipun lukisan yang saya buat tidak pernah dipuji berlebihan oleh
orang-orang, tapi saya tetap menyukainya. Saya ingat ketika pertama kali
menginjakkan kaki menjadi mahasiswa baru dan berjalan menuju ruang himpunan.
Tiap kali ada senior yang bertanya saya senang melakukan apa, saya akan dengan
lantang menjawab saya senang melukis meskipun gambar saya jelek. Mereka kadang
tertawa. Tertawa karena jawaban saya aneh atau karena saya terlihat bodoh
dengan jawaban seperti itu.
Sepertinya hal lain yang harus saya
lakukan selain membenci guru seni saya semasa SMA adalah saya juga harus berterima
kasih pada beliau. Sebab tanpanya, saya tidak akan bisa merasakan membuat
lukisan pertama. Tidak tahu bau cat ketika dicampurkan seperti apa. Tidak tahu
bahwa melukis adalah salah satu jalan agar saya tidak menjadi gila. Tidak tahu
bahwa selain menulis, melukis bisa membuat hati berbahagia dengan cara yang
berbeda.
Lukisan pertama saya hanyalah
sekumpulan balon dengan warna seragam, dan satu balon dengan warna yang
berbeda. Satu balon dengan warna yang berbeda itu terlepas dan terbang. Di
atasnya, ada awan yang berwarna merah tembaga.
Dan tebaklah, lukisan yang saya kumpulkan sebagai syarat untuk ujian itu
ditolak mentah-mentah hanya dengan alasan balonnya kurang bundar dan sedikit
lonjong. Oh come on, sounds funny Sir. Bapak
harusnya menilai bukan dari seberapa besar bundaran dalam balonnya, tapi
seberapa sulit lukisan ini saya buat dengan susah payah selama beberapa hari.
Tapi guru tetaplah guru. Maha besar beliau dengan segala aturannya. Lukisan
saya dikembalikan dan harus diulangi lagi. Walhasil, jadilah lukisan abal-abal
saya yang berada di sudut jendela ruang
tamu terpampang dan ditatap oleh beberapa orang tamu yang pernah mengunjungi
rumah saya di Sengkang.
Lukisan pertama saya adalah cermin
dari tingkat kreativitas saya yang demi apapun sulit untuk saya jelaskan pada
tulisan ini. Saya amat sangat menyukai lukisan itu, melambangkan kebebasan.
Sama dengan alasan mengapa saya memilih menulis dan melukis sebagai dua hal
romantis yang berdampingan. Tidak perlulah saya mendapatkan kekasih yang pandai
bernyanyi atau pandai menjemput dengan mobil sedan. Cukup yang mau menemani
saya menumpahkan berbotol-botol cat hanya untuk mendapatkan lukisan terbaik
yang kami buat bersama (atau lebih banyak dia, terserahlah).
Jika Pram berkata “Menulis adalah
bekerja untuk keabadian”, maka saya berkata “Melukis adalah pekerjaan untuk
tetap menjadi waras”. Sebab saya mengalaminya, dan saran saya jika kalian sudah
merasa sebentar lagi akan gila dan tidak tahu harus berbuat apa selain meratapi
nasib, maka menulis dan melukislah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pengikut
Entri Populer
-
Apa yang kalian rasakan ketika jatuh cinta pada orang yang tak akan pernah tahu kalau ia sedang dijatuhcintai? Sakit? Pedih? Mungkin seperti...
-
Selamat pagi, Mei. Semoga hadirmu kian mempertegas banyak hubungan di luar sana. Termasuk yang satu ini. ...
-
Selamat memasuki bulan kemarau! Aku harus menuliskan itu sebagai pengingat bahwa saat ini memang sedang musim k...
-
Aku tidak tahu apa-apa, atau maksudku aku hampir tidak tahu apa-apa tentang orang yang mengaku sangat mencintaiku itu. Semalam ada...
-
Lama sekali rasanya baru bisa kembali menulis di sini. Kalau blog ini adalah rumah, dia pasti sudah berjaring laba-laba dan berbau debu....
-
Makassar; abu-abu bulat putih. 8 Februari 2015. Untuk kakak yang berurusan dengan kapal tapi mencintai sastra. Selamat pagi dari hello 64...
-
Berbicara tentang Sengkang, berbicara tentang rumah tempat pulang. Ada begitu banyak tempat untuk singgah setelah melalui ban...
-
Belajar dari kepergian yang kemarin, semoga tuan muda dalam tulisan ini berkenan untuk tetap tinggal. Bersamaku. Apapun yang terjadi. Sel...
1 komentar:
wow thanks buat tipsnya kak.. ooo iya kak kalau ingin tahu cara punya web gratis yukk disini aja. terimakasih.
Posting Komentar