Empat Malam Menjelang Perayaan

Perayaan? Apa yang ada dibenakmu ketika itu selesai kau sebutkan? Apapun itu, aku harap bukanlah segala sesuatu yang penuh kemewahaan. Tulisan ini kubuat bukan untuk siapapun, melainkan untuk diri sendiri saja. Tetapi jika kau tiba-tiba mendapatkan anugerah kepekaan dari Tuhan, kau tepat. Ini buatmu. Sedikit tulisanku menjelang pergantian tahun kepala dua yang sebentar lagi menyerang. Aku sedikit benci, sejujurnya seperti itu. Tapi tidak akan lagi (aku janji), kalau permintaanku yang satu ini bisa kau penuhi.
            Kau tahu sendiri bukan, sebentar lagi aku kepala dua. Di usia yang menurut orang akan mulai beranjak dewasa itu, semua hal akan terjadi padaku. Pada usia dua puluhan, aku akan melihat kedua orang tuaku tersenyum menatapku memakai toga. Pada usia dua puluhan pula nantinya aku akan menikah. Semoga sebelum usia tiga puluhan, aku sudah menimang seorang anak. Ya, seperti kebanyakan perempuan idamkan. Kebetulan pikiranku sedari kecil memang sudah disusun seperti itu. Oleh siapa? Siapa lagi kalau bukan adat dan lingkungan tempatku besar. Sudahlah, berhenti membicarakan itu.
            Aku menuliskan ini ketika senja sebentar lagi menghilang dan malam yang semoga penuh bintang akan segera datang (itu juga kalau langit sedang tidak berdarah). Aku tahu kau akan segera bosan karena daritadi aku tidak mengarah ke topik utama kita. Baiklah.
Jadi begini. Aku ingin seseorang (yang semoga kamu) membawaku ketika malam perayaan itu datang. Aku ingin sesekali kau culik untuk menikmati kota yang katanya tidak tidur ini. Aku ingin kau menemaniku berjalan di trotoar, meminum bercangkir-cangkir teh dan tidak bosan-bosannya berbicara tentang kita yang fana, hingga subuh tiba dan kita tahu harus kembali kuliah. Aku ingin menikmati malam pergantian umurku dengan menggenggam tanganmu di bawah bintang. Tertawa terbahak seolah mengunci rapat mulut orang-orang yang di luar sana sedang sibuk menggunjingkan kita. Aku ingin kau bahkan lupa bahwa kita tidak sedang berstatus sebagai pasangan. Aku juga tahu bahwa itu semua hanya bisa dipendam. Karena kamu, tak akan pernah sadar bahwa ini kutuliskan sebagai kode-kode rahasia agar kau paham, betapa memarnya cinta yang selalu pura-pura ku iklhaskan.



0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Entri Populer

Total Tayangan Halaman