Tuan Muda yang Mengaitkan Warna Putih dalam Ingatan
Belajar dari kepergian yang kemarin, semoga tuan muda dalam tulisan ini berkenan untuk tetap tinggal. Bersamaku. Apapun yang terjadi.
Selamat bulan April.
Mengingat semua kepergian orang-orang dari bulan lalu, tentu saja menjadi cerita berarti yang paling tidak sempat mereka buat.
Akhir-akhir ini, ada banyak orang yang bertanya padaku. Kenapa nada sendu yang ku pilih dari semua tulisan yang ku buat? Aku bingung menjawabnya, Tuan. Tapi ku harap, cerita tentangmu tak akan berakhir demikian. Aku rela keluar dari zona nyaman, dari cinta sendu yang menampung air mata. Agar bisa menuliskan cerita gembiramu suatu saat nanti. Ku pikir aku harus percaya dan meyakinkan diriku sendiri, bahwa kau diciptakan agar menemani dan tak boleh pergi lagi.
Tuan. Ku beri kau kata muda dalam namamu. Tuan muda. Kau begitu pandai rupanya mengaitakan sesuatu berwarna putih dalam ingatan. Menjadikanmu satu-satunya lelaki yang serupa bersih dimataku.
Menatapmu dari dekat, seakan menelan kembang gula bulat-bulat. Manis sekali. Itu yang ku rasakan saat ini.
Warna putih seakan tak pernah lepas darimu. Entah itu bajumu, barang-barangmu. Dan lagi, wajahmu.
Putih. Serupa embun. Ku pikir itu adalah sisa sisa dari setiap sujudmu untuk Tuhan. Ah, Tuan. Penyebab denyut jantungku yang menjadi lebih cepat.
Akan tetapi, aku butuh waktu untuk mengenalmu lebih jauh lagi. Sebisaku, aku akan menjadi sandaranmu dalam bercerita jika kau perlukan. Aku telah berjanji pada diriku sendiri. Rela pula aku menjadi terik matahari demi meredakan hujan dalam matamu yang seakan enggan beranjak dari situ.
Iya. Kau memang tersenyum padaku, pada semua orang yang mengira kau adalah sosok lelaki penggembira. Sayangnya setiap kali kau lakukan itu, setiap kali itu pula ku temukan rintik dalam matamu. Terkadang gerimis yang kemudian disusul dengan hujan. Deras sekali.
Tuan muda. Aku percaya, kau adalah lelaki baik hati yang didatangkan oleh Tuhan entah dari planet bernama apa. Bertugas menemaniku menikmati hari. Atau mungkin saja aku yang diciptakan oleh Tuhan kita, untuk menjadi pelangi selepas hujan dimatamu yang telah ada bertahun tahun lamanya. Mungkin saja. Siapa yang tahu, bukan?
Lalu pada akhirnya, harapan dan do'a do'a kecilku adalah seperti ini;
Jika Tuhan telah menciptakan takdir untuk mempertemukan kita berdua, semoga Tuhan berkenan untuk tak menorehkan luka pada hati dari kita, masing-masing.
Semoga, Tuan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pengikut
Entri Populer
-
Apa yang kalian rasakan ketika jatuh cinta pada orang yang tak akan pernah tahu kalau ia sedang dijatuhcintai? Sakit? Pedih? Mungkin seperti...
-
Selamat pagi, Mei. Semoga hadirmu kian mempertegas banyak hubungan di luar sana. Termasuk yang satu ini. ...
-
Selamat memasuki bulan kemarau! Aku harus menuliskan itu sebagai pengingat bahwa saat ini memang sedang musim k...
-
Aku tidak tahu apa-apa, atau maksudku aku hampir tidak tahu apa-apa tentang orang yang mengaku sangat mencintaiku itu. Semalam ada...
-
Lama sekali rasanya baru bisa kembali menulis di sini. Kalau blog ini adalah rumah, dia pasti sudah berjaring laba-laba dan berbau debu....
-
Makassar; abu-abu bulat putih. 8 Februari 2015. Untuk kakak yang berurusan dengan kapal tapi mencintai sastra. Selamat pagi dari hello 64...
-
Berbicara tentang Sengkang, berbicara tentang rumah tempat pulang. Ada begitu banyak tempat untuk singgah setelah melalui ban...
-
Belajar dari kepergian yang kemarin, semoga tuan muda dalam tulisan ini berkenan untuk tetap tinggal. Bersamaku. Apapun yang terjadi. Sel...
0 komentar:
Posting Komentar